Kim Jong Un: Kesehatannya Memburuk dan Isu Pergantian Presiden Korea Utara

Kim Jong Un: Kesehatannya Memburuk dan Isu Pergantian Presiden Korea Utara

Heboh.com, Jakarta - Kabar menghebohkan datang dari Korea Utara. Kim Jong Un selaku Presiden Korut kini kembali diterpa isu kesehatannya yang semakin menurun. Beberapa waktu lalu, Kim Jong Un terlihat memakai perban di bagian belakang kepalanya saat sedang memimpin rapat bersama para pejabat di Korut. 

Perubahan fisik Kim Jong Un yang terlihat lebih kurus juga memicu spekulasi tentang penyakitnya dan memperkuat isu tentang kesehatannya yang kian memburuk. Kim Jong Un (37 tahun) dikabarkan kehilangan berat badan sebanyak 18 kg pada Juli 2021.

Dia bahkan sempat dikabarkan kritis seusai menjalani operasi kardiovaskular pada April 2020. Kim Jong Un juga sempat menghilang tak terekspos media dalam waktu cukup lama, dari situlah muncul rumor yang beredar kalau dia sudah meninggal dunia. 

Isu kesehatan Presiden Kim Jong Un yang memburuk ini membuat desas-desus tentang pergantian presiden beredar. Tampaknya Korea Utara sedang sibuk mencari orang yang tepat untuk menjadi pengganti Kim Jong Un. 

Dilansir dari The Sun (29/8/2021), orang kepercayaan yang ditunjuk untuk mencari pengganti itu adalah Jo Yong-won. Pejabat senior Partai Buruh yang baru-baru ini mendapatkan peran wakil pemimpin baru. Disebutkan bahwa dirinya ditugaskan untuk mencari dan mempersiapkan pemimpin baru. Seorang ahli terkemuka di Korea Utara menganggap sosok misterius Jo sebagai "kingmaker" yang akan menyiapkan 'Kim' selanjutnya.

Baca Yuk!
Ada Perban di Kepala Pemimpin Korut, Kim Jong Un. Ini Menjadi Pertanyaan Warga Dunia
Juliari Batubara, Tersangka Korupsi Bansos Kini Divonis Lebih Berat Oleh Hakim

"Kita dapat mengatakan bahwa mungkin Kim Jong Un menempatkan Jo Yong-won sebagai kingmaker, orang yang berperan membantu membimbing dan mengarahkan penerus turun temurun," ujar Michael Madden, selaku Pengawas Kepemimpinan Korea Utara, afiliasi dari pengawas 38 Utara.

Para pejabat Korea Utara diyakini tengah membuat keputusan tentang pencarian kandidat pemimpin baru itu dengan memperhatikan transisi pemerintahan. Menurutnya, pemerintahan Kim membuat keputusan seperti ini dengan memperhatikan transisi potensial, "dengan pandangan bahwa pemimpinnya mungkin tidak mampu lagi diperbaiki atau mungkin mati." Madden mencontohkan langkah serupa yang dilakukan ayah Kim, Kim Jong-il, menjelang akhir hayatnya.

Pada 2007, ayah Kim Jong Un mengalami TIA (serangan iskemik transien) yang disebut stroke mini. "Masalah kesehatannya menjadi agak genting dan dia mulai bersiap untuk suksesi turun temurun. Jadi dia pada dasarnya mempercayakan sekitar lima atau enam orang yang tak dipertanyakan lagi kesetiaan dan ambisinya untuk dijadikan wali," ujar Madden.

Dilansir dari Kompas.com, para wali ini adalah orang-orang yang mengambil portofolio kebijakan yang sangat besar dan sensitif. Orang-orang inilah yang membuat transisi dari Kim Jong-il ke Kim Jong-un seefektif sebelumnya. "Mereka semua mengawal Kim Jong Un melalui hari-hari awal itu," terang Madden. 

Namun sampai hari ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak pemerintahan Korea Utara terkait isu kesehatan Kim Jong Un yang memburuk dan isu pergantian presiden.