Modus Penipuan Baru, Gunakan Teknologi AI dengan Tirukan Suara Orang Terdekat

Modus Penipuan Baru, Gunakan Teknologi AI dengan Tirukan Suara Orang Terdekat

Heboh.com Jakarta - Artificial Intelligence atau AI dalam bahasa Indonesia adalah kecerdasan buatan. AI adalah kecerdasan yang ditambahkan pada suatu sistem dan bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga kecerdasan entitas ilmiah.

Akan tetapi, sedikit banyak, sesuatu yang diciptakan oleh manusia tentu memiliki celah negatif.

Seorang ibu di Arizona, AS, bernama Jenifer DeStefano hampir menjadi korban kejahatan yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI). Pelaku memanfaatkan teknologi itu untuk meniru suara anak DeStefano seolah-olah telah terjadi penculikan. Dikutip dari The Independent, DeStefano awalnya menerima telepon yang berisi suara putrinya yang tengah menangis dan terisak.

Baca juga!
Kafe di Jepang ini Pekerjakan Disabilitas Untuk Kontrol Server Robot
Polisi Temukan Surat Berisi Tulisan dan Gambar di Kamar Anak Usia 9 Tahun yang Dibunuh Ayahnya

"Saya bilang, 'Oke, apa yang terjadi?' Dia menjawab, 'Bu, orang-orang jahat menahan aku. Tolong aku'," ucap dia, menirukan dialog dengan anaknya.

Setelah suara putrinya itu, seorang pria dewasa terdengar mengambil alih telepon dan mulai mengancam. "'Dengar, Saya menculik anakmu'," kata DeStefano menirukan ucapan pria itu.

Lelaki tersebut lalu mengancam DeStefano jika ia melapor kepada polisi.

"Anda telepon polisi, Anda telepon siapa pun, saya akan cekoki putri Anda dengan obat-obatan. Saya akan menyiksanya dan menurunkannya di Meksiko," kata DeStefano menirukan suara penipu.

Selain suara tersebut, DeStefano mengaku mendengar suara putrinya meminta tolong. Ia pun sangat yakin suara itu berasal dari putrinya

Penculik pun meminta uang tebusan US$1 juta atau Rp14,7 miliar sebelum menurunkannya menjadi US$50 ribu (Rp735 juta). Beruntung, seorang teman menelpon suami DeStefano dan mengonfirmasi bahwa putri mereka aman.

FBI memperingatkan warga untuk tetap waspada dengan ancaman baru ini. Disarankan untuk tidak mengumumkan tanggal-tanggal bepergian keluar kota di media sosial, serta menyepakati "safe word" dengan keluarga. Jika terjadi peristiwa serupa, keluarga yang menerima telepon bisa menggunakan "safe word" tersebut. Jika suara "korban penculikan" tidak dapat menanggapi permintaan "safe word", bisa berarti telepon tersebut adalah penipuan.