Kabar Duka! Anton Medan Meninggal Dunia

Kabar Duka! Anton Medan Meninggal Dunia

Heboh.com, Jakarta - Mubalig Ramadhan Effendi atau yang biasa dikenal dengan nama Anton Medan meninggal dunia pada hari Senin, (15/3/2021) lalu. Anton Medan menghembuskan nafas terakhir akibat sakit stroke dan diabetes. Ia telah tutup usia berumur 65 tahun. 

Kabar meninggalnya Anton Medan yang dikenal sebagai seorang pemuka agama keturunan Tionghoa ini telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra. Menurut Ipong, Anton meninggal setelah berjuang melawan sakit yang dihadapinya. 

"Iya benar, Karena stroke dan diabetes," ungkap Ipong yang dikutip oleh Kompas.com

Anton Medan memiliki nama Tionghoa, Tan Kok Liong sejak dulu bercita-cita ingin membangun pondok pesantren bagi mualaf Tionghoa dan mantan narapidana yang ingin belajar agama. Pada tahun 2002 cita-cita Anton Medan pun terwujudkan untuk membangun sebuah pondok pesantren. Namun yang pertama kali dibangun Anton Medan di Pondok Pesantren adalah kuburan. Ia menginginkan tempat tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Pondok Pesantren At-Taibin tersebut terletak di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Baca juga!
Merasa Kehidupannya Terganggu, Rizky Febian Desak Teddy Kembalikan Aset Sang Ibu
Rina Gunawan Meninggal Dunia Setelah Terpapar Covid-19

"Yang dibangun pertama bapak (Anton Medan) kuburannya dulu, terus dilanjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk, Pengurus Pondok Pesantren At-Taibin

Tempat pemakaman Anton Medan berada di sebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang sudah di desain dengan gaya bangunan Tionghoa. Kuburan tersebut memiliki kedalaman 160 cm dengan panjang 2 meter, dijadikan sebagai pendopo bagi tamu ingin berkunjung ke pondok pesantren tersebut..

"Tadinya enggak ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih,' kata Deni

Pondok pesantren ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare. Yang Sekolah didalamnya bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa. Sekolah Pondok pesantren ini mengajarkan tentang mengelas, beternak hingga menjahit supaya setelah mereka keluar dari pondok, mereka akan memiliki kemampuan untuk melanjutkan hidupnya, dan tidak berjerumus dalam dunia hitam. Bukan hanya pondok pesantren saja, namun yayasan tersebut juga mendirikan sekolah dengan sistem asrama. Asrama ini dulu ya pernah ditinggal sampai 500 orang yang ada di asrama ini

"Mereka diajarin baca Alquran dan salat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri di kampungnya," ungkap lelaki yang juga guru di ponpes tersebut.

Namun saat ini yayasan ini sudah tidak aktif lagi sejak beberapa tahun lalu. Pondok Pesantren ini masih tersisa bagi eks narapidana serta mualaf Tionghoa yang ingin mempelajari ilmu agama.