Kisah Guru Avan di Sumenep yang Tetap Mengajar di Tengah Pandemi Corona

Kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 adalah dengan mengimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing. Masyarakat dianjurkan untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Kebijakan tersebut berdampak di lingkungan pendidikan yang mengharuskan para murid untuk belajar di rumah dengan metode online. Namun, tak semua anak-anak murid dan guru bisa menggunakan metode online.

Kisah Guru Avan di Sumenep yang Tetap Mengajar di Tengah Pandemi Corona
Avan Fathurrahma

Heboh.com, Jakarta - Kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 adalah dengan mengimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing. Masyarakat dianjurkan untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Kebijakan tersebut berdampak di lingkungan pendidikan yang mengharuskan para murid untuk belajar di rumah dengan metode online. Namun, tak semua anak-anak murid dan guru bisa menggunakan metode online.

Salah satu guru yang tak bisa menggunakan metode online bernama Avan Fathurrahma. Ia merupakan seorang guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Melalui unggahan di akun Facebooknya, Avan menceritakan pengalamannya yang tetap harus berjuang mengajar di tengah pandemi corona. Karena menurut Avan, tidak semua murid memiliki fasilitas untuk melakukan pembelajaran online.

 

Hal itu Avan lakukan karena keterbatasan teknologi yang dimilikinya dan para siswanya. Beberapa orangtua siswa mengusahakan hal tersebut dengan mencari pinjaman, namun Avan melarangnya, karena akan membebani. Ia mengimbau muridnya untuk belajar menggunakan buku-buku pelajaran saja.

Avan rela berkeliling ke rumah siswanya satu-satu yang jaraknya pun tidak saling berdekatan. Proses pembelajaran keliling itu dilakukan selama tiga kali dalam seminggu. Kendalanya adalah akses jalanan ke rumah siswanya banyak yang kurang bagus.

Avan sadar hal yang dilakukannya melanggar kebijakan pemerintah untuk diam di rumah. Namun baginya membiarkan muridnya belajar tanpa pengawasan lebih membuatnya tak nyaman. Para wali murid pun tidak selalu bisa mendampingi anak-anaknya belajar, karena harus bekerja di ladang.